12 December 2024

Maling Teriak Maling: Ironi Music Producer Pengguna Software Bajakan di Dunia Musik

 


Industri musik adalah tempat di mana kreativitas dipuja, hak cipta dijaga mati-matian, dan kata "royalti" menjadi mantra sakral. Tapi mari kita buka tirai sedikit, karena ada sisi gelap yang jarang dibahas. Sebuah ironi besar: banyak music producer, composer, arranger, dan songwriter yang lantang menuntut hak cipta atas karya mereka, tapi diam-diam mereka menggunakan software bajakan. Iya, maling teriak maling.

“Jangan Bajak Karyaku!”

Pernah dengar keluhan seperti ini? “Lagu saya di-cover tanpa izin, saya nggak dapat royalti!” atau “Kenapa karya saya diunduh ilegal?” Lalu, mereka memprotes keras, bahkan mungkin bikin drama di media sosial. Tapi ironisnya, ketika mereka bikin lagu itu, DAW yang dipakai hasil download dari situs yang penuh iklan judi online.

Lebih parahnya lagi, plugin-plugin canggih yang bikin suara jadi "wah" juga hasil dari koleksi crack-an. Giliran karyanya dibajak, mereka ngamuk. Giliran orang lain membawakan lagunya, langsung pasang tarif royalti.

“DAW Mahal Banget, Bro!”

Argumen paling klasik: “DAW asli itu mahal, gaji musisi mana afford?” Ya, betul, DAW seperti Pro Tools dan Logic Pro memang bikin kantong bolong, apalagi kalau mata uang kita masih “tercinta” IDR. Tapi, siapa suruh ngotot pakai software super mahal kalau tidak mampu beli lisensinya?

Padahal, ada FL Studio, software DAW legendaris yang solusinya simpel dan jujur. Beli sekali, update gratis selamanya. Saya beli FL Studio sejak 2011, dan sampai hari ini masih bisa menikmati semua fitur terbarunya tanpa keluar uang lagi. Ini investasi paling cerdas yang pernah saya lakukan, lebih awet daripada investasi kopi susu mingguan.

Bukan Soal Mahal, Tapi Mentalitas

Musik adalah industri yang dibangun di atas kreativitas dan integritas. Kalau mentalitasnya dari awal sudah "asal bisa dipakai", apa bedanya dengan orang yang mendownload karya kalian tanpa izin? Ini bukan soal afford atau tidak afford, tapi soal menghargai karya orang lain seperti kalian ingin dihargai.

Software bajakan itu seperti mencuri alat orang lain untuk bikin rumah sendiri, lalu menuntut orang lain yang tinggal di rumah itu tanpa izin. Ini lingkaran setan yang harus dihentikan.

Kesimpulan: Jangan Jadi Bagian dari Masalah

Buat para pelaku industri musik, mari introspeksi. Kalau kalian ingin karya kalian dihargai, mulailah dari menghargai karya orang lain. Beli software asli. FL Studio adalah solusi ramah kantong dan ramah jangka panjang. Jangan pakai alasan klasik “nggak ada duit” sambil ngopi di Starbucks.

Berani menciptakan karya yang hebat? Berani juga dong jadi musisi yang bertanggung jawab! Jangan jadi maling yang teriak maling. Kalau masih ngeyel, ya mungkin karma itu nyata, dan karir musik Anda hanya jadi demo version selamanya.


Artikel ini bukan cuma satire, tapi juga ajakan serius buat dunia musik yang lebih bersih. Kalau setuju, bagikan ke teman-temanmu yang masih "ngembat" software bajakan. Yuk, jadi bagian dari perubahan!