Musikologi merupakan sebuah terobosan di mana teori musik bertemu dengan sejarah, estetika, dan kritik, dan spektrum lain yang luas tempat di mana musikolog menciptakan narasi intelektual untuk seni. Namun, seringkali kita mendapati seorang musikolog berbicara tentang kehebatan Bach dan pythagoras, tetapi memainkan Invention No. 1 pun tidak lancar. Atau mengkritik struktur harmoni modern tanpa pernah membuat satu pun aransemen yang layak ditampilkan.
Samakah perspektif kalian jika sebagian musikolog menggunakan buku dan jurnal sebagai "tameng intelektual" untuk menutupi keterbatasan mereka di dunia nyata. Masalahnya, seni seperti musik bersifat empiris, pengetahuan teori hanyalah angan-angan yang kosong. Mengkritik musik tanpa memahami tekniknya secara menyeluruh sama dengan mengkritik lukisan Picasso atau Squidward tanpa pernah memegang kuas.
Praktik Adalah Fondasi Empirisme Musik Mutlak!
Musik pada dasarnya adalah seni performatif. Tidak peduli seberapa banyak Anda membaca tentang filsafat seni, teori musik, sejarah musik, atau buku lainnya jika Anda tidak pernah mencoba memainkannya, anda hanya pengamat pasif. Pengamat! bukan pencipta. Apa yang membuat seorang musikolog layak didengar adalah kemampuan mereka untuk menjembatani teori dan praktik.
Bagi saya kemampuan praktis bukan sekadar "bisa main piano sedikit" atau "bisa bisaan bikin karya". Kompetensi praktis harus mencapai level di atas rata-rata praktisi. Ini artinya minimal ada satu pengetahuan empiris di bawah yang telah diselesaikan (pakar di dalamnya":
- Performer yang Mahir: Memiliki pengalaman yang cukup dalam memainkan instrumen dengan teknik yang baik.
- Arranger yang Kompeten: Mampu menggubah harmoni dalam karya yang diterima masyarakat. Jika Anda mengkritik tetapi tidak bisa membuat aransemen maka kritikmu "tipis".
- Composer yang Teruji: Menghasilkan karya orisinal .
- Analisa Solfegio: Kemampuan membaca, mendengar, dan menganalisis musik secara cepat dan akurat di atas rata-rata non-musikolog.
Empiris berarti membuktikan diri melalui pengalaman. Ilmu ini tidak ada di buku atau jurnal; hanya lahir dari latihan, eksperimen, dan kesalahan. Musikolog yang mengabaikan sisi praktis ini tidak hanya kehilangan kredibilitas, tetapi juga mempersempit wawasan mereka sendiri. HAHAHA... Lanjut...
Buku Bukan Tameng, Hanya Instrumen!
Buku dan artikel jurnal adalah senjata yang luar biasa. Namun, ketika alat ini dijadikan tameng untuk menghindari praktik, musikolog terlah menghadapi masalah serius.
Menggunakan buku sebagai referensi adalah langkah cerdas bagi musisi. Menggunakannya untuk menghindari pembuktian praktik adalah langkah pengecut!
Apa yang Membuat Musikolog “Layak Komentar”?
Untuk menjadi seorang musikolog yang “layak komentar,” ada syarat yang tak dapat ditawar: Anda harus menyelesaikan masalah praktis terlebih dahulu.
- Ahli, Bukan Hanya Praktisi: Di dunia yang semakin kompetitif, musikolog rata-rata tidak akan memotong. Pemahaman musikolog tentang praktik harus sedalamnya sehingga mereka berpotensi untuk memengaruhi praktik para musisi lain.
- Pandangan Berasaskan pada Pengalaman: Musikolog yang benar-benar memahami praktik seharusnya memberikan wawasan yang jauh lebih bermakna. Mereka akan sepenuhnya memahami tantangan performance dan tekanan panggung dan segala kesulitan teknis yang disamarkan dalam berbagai bentuknya di balik meja.
Musikolog sejati tidak hanya akan berbicara tentang “keindahan” struktur fugue Bach; mereka juga bisa menunjukkan bagaimana memainkan dan menggubahnya. Mereka tidak akan hanya mengkritik musik pop zaman sekarang; mereka mungkin sebelumnya bekerja di studio untuk membuat sesuatu yang lebih baik.
Musikolog sejati adalah praktisi yang menginspirasi. Mereka yang mengalami masalah praktis mereka sendiri. Mereka yang menggunakan buku dan jurnal sebagai alat, bukan pelindung. Mereka yang dapat bicara dengan integritas karena perjalanan praktis. Jadi, jika anda adalah seorang musikolog, yang mengkritik karya seseorang, tanyakan pada diri Anda: “Apakah saya bisa memainkannya? Apakah saya bisa menggubahnya? Apakah saya benar-benar mengerti tantangan di balik musik?” Jika jawabannya adalah “tidak,” mungkin waktu berlatih lebih banyak daripada memberikan komentar. Karena teori tanpa praktik dalam seni hanya halusinasi.
PS: Artikel ini murni saya tulis dengan pandangan pribadi kemudian dibantu dengan AI Generatif untuk memperluas proses berpikir. Penggunaan AI saya gunakan dengan bijak dengan melakukan recheck tambahan AI Generatif tersebut.