Halo semuanya, ijinkan saya membuka artikel ini dengan sedikit basa-basi perkenalan sebelum saya menulis artikel berjudul "Series Filsafat Pendidikan Musik Bagian 1 - Apakah Pendidik Musik Membutuhkan Filsafat? Sebuah Review Singkat dari Pandangan Bennett Reimer dalam Buku "A Philosophy of Music Education" yang penuh dengan perenungan ini. Saya merupakan seorang praktisi musik dan pendidik musik yang mengajar di dua lembaga kursus musik di Yogyakarta, dan juga pendiri Fisella sebuah startup di bidang edukasi musik (kursus musik dan e-learning musik) yang sebelumnya menempuh pendidikan S1-Teknik Informatika di Universitas Dian Nuswantoro Semarang dan S1-Musik ISI Yogyakarta.
Setelah lulus dari jurusan teknik informatika saya melanjutkan studi ke Program Studi S1 Musik ISI Yogyakarta, titik mula dimana timbul ketertarikan saya terhadap Filsafat dan Musik sejak mengikuti kelas filsafat Dr. Sukatmi Susantina, M.Hum. Filsafat bagi sebagian besar orang mungkin hanyalah kumpulan gagasan belaka, namun perspektif kontras dilontarkan oleh dosen saya bahwa "Laboratorium filsafat adalah kehidupan nyata" yang pada akhirnya menggiring saya untuk menggunakan filsafat dalam mewujudkan sesuatu yang lebih konkret yaitu eksistensi Fisella selama lima tahun terakhir ini.
Disclaimer On!
1, 2, 3... Mulai
Filsafat kita kenal sebagai satu permulaan dari segala bidang ilmu yang sekarang eksis dalam kehidupan kita, mulai dari bidang ilmu eksakta, rumpun ilmu sosial-humaniora, hingga bidang ilmu spesifik dan terapan. Bagi kita yang pernah duduk dan belajar di bangku perkuliahan seni seperti musik, filsafat menjadi bekal bagi kita dalam mengolah karya dari perspektif logika, estetika dan juga etika. Sebagai pendidik musik, perlukah kita menggunakan filsafat? Atau jangan-jangan cukup dengan bermodal pengetahuan teori musik dan praktek saja sudah cukup. Mari kita bahas dari sudut pandang Reimer dalam buku "A Philosophy of Music Education Edisi Ke-3".
Apakah Pendidik Musik Membutuhkan Filsafat/Filosofi?
Sederhananya menurut Reimer pendidik musik sangat membutuhkan filsafat/filosofi untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang profesional. Lalu mengapa pendidik musik harus direpotkan berurusan dengan filsafat? Mulai dari membaca filsafat, mendiskusikan pentingnya filsafat, bahkan membangun filosofi kita sendiri sebagai pendidik musik.
Bukankah cukup bagi seorang pendidik musik fokus pada hal-hal teknis dalam musik saja dan berpikir secara musikal tanpa filsafat/filosofi? Bennet Reimer dengan tegas menyatakan tidak cukup. Menurut Reimer, selain paham terkait teknis mengajar, membuat kurikulum, membuat evaluasi, membangun skill intrapersonal, pendidik musik harus memiliki seperangkat alat pemandu keyakinan tentang sifat dan nilai dari bidang ilmu ini (musik), inilah yang nantinya disebut sebagai filosofi menurut Reimer. Sekali lagi saya sederhanakan bahwa keyakinan sebagai alat pemandu adalah filosofi bagi seorang pendidik musik.
Saya akan sedikit meluas kepada konteks keyakinan menurut sudut pandang pribadi. Dalam filsafat kita mengenal berbagai aliran yang diakhiri dengan "-isme" seperti idealisme, rasionalisme, empirisme, dan lain sebagainya . KBBI mengartikan -isme sebagai sufiks pembentuk nomina sistem kepercayaan berdasarkan politik, sosial, atau ekonomi. Kepercayaan/keyakinan (-isme) inilah yang mendorong manusia berpikir menurut aliran (kepercayaan) apa yang dia yakini, contohnya bagaimana kaum rasionalisme dan empirisme memiliki keyakinan yang berbeda dalam memandang apa itu pengetahuan. Konsep keyakinan yang serupa akan menjadi pemandu bagi pendidik musik dalam membentuk filosofinya.
Berangkat dari pandangan Reimer bahwa profesi pendidik musik membutuhkan banyak sekali panduan, baik pada level kolektif maupu level individu. Karena nilai dari profesi pendidik musik di masyarakat sangat tergantung pada pemahaman masyarakat luas tentang profesi ini (profesi pendidik musik), terkait apa dampak sosial yang ditawarkan/diselesaikan profesi pendidik musik bagi masyarakat. Pada level kolektif, sebuah filosofi diperlukan untuk evektifitas secara menyeluruh dan menyajikan semacam "Kesadaran Kolektif (Kesadaran Bersama)" bagi pendidik musik. Kekuatan dari bidang ilmu pendidikan musik akhirnya tergantung pada keyakinan anggotanya secara kolektif.
Reimer menambahkan bahwa pentingnya mengasah keyakinan individu tentang pendidikan musik, merupakan hal yang membentuk nilai dari profesi musik, yang nantinya berdampak pada nilai kehidupan (holistik) seorang individu. Saya mengartikan secara sederhana seperti ini : jika seorang individu pendidik musik yakin dengan pendidikan musik memiliki nilai positif, maka profesi pendidik musik akan menjadi positif, nantinya berdampak pada harga diri kita sebagai individu dalam kehidupan nyata.
Reimer juga mempertegas, dengan kita percaya bahwa profesi pendidik musik penting, sebuah profesi yang kita sendiri hargai, profesi yang mencerdaskan diri kita dan orang lain, dengan sendirinya tanpa bisa mengelak, kehidupan kita akan menjadi penting, akan dihargai, akan "kaya" (tidak hanya kaya secara material) Dampak sebaliknya akan terjadi jika kita tidak percaya profesi ini berharga.
Ada peran penting filsafat dalam memberikan sebuah misi dan makna bagi kehidupan profesi pendidik musik, ketika nilai dari bidang ilmu dan profesi ini nampaknya tidak dipahami sepenuhnya oleh anggotanya atau bahkan adanya individu profesional yang kekurangan pemahaman/keyakinan pada bidang ini.
Lanjut ke Series Filsafat Pendidikan Musik Bagian 2 (On progress). Baca semua artikel disini PETER DE VRIES GUITAR: Series Filsafat Pendidikan Musik