Kegiatan perekaman suara saat ini menjadi sangat familier di kalangan "musisi kamar". Hal ini terjadi karena begitu banyak perusahaan industri hardware audio yang berlomba-lomba untuk menciptakan sebuah perangkat perekaman audio agar harganya dapat dijangkau musisi kelas menengah kebawah. Oleh sebab itu selain menulis artikel tentang teori musik, pengetahuan musik, dan teknik bermain gitar, saya juga membagi artikel tentang perekaman audio untuk pemula, yang pastinya saya ambil dari sumber yang terpercaya dan juga mengandung asumsi saya pribadi melalui proses berpikir dan perenungan.
Mendangar sebuah frase mixing-mastering sepertinya sudah tidak asing bagi sebagian musisi. Bahkan frase ini sering digunakan rekan-rekan musisi dan penata suara untuk mewakili kata "editing" pasca-perekaman audio. Sebagai praktisi musik yang juga mengerjakan proyek musik, saya sering memilih frase mixing-mastering untuk mempertegas dan mengerucutkan pandangan ke lawan bicara saya bahwa obyek yang akan saya edit adalah audio. Lalu, apa itu mixing, dan apa itu mastering? Berikut adalah pembahasannya.
Mixing
Menurut Izotope, sebuah perusahaan perangkat lunak yang mengembangkan kecerdasan teknologi audio, mixing adalah sebuah titik yang menandai sebuah proses awal pasca-produksi sebuah proyek musik dimana seorang audio engineer mengolah dan menyeimbangkan track audio secara terpisah agar terdengar baik saat dimainkan bersamaan. Alat yang digunakan seperti equalizer, kompresor, panning pot, reverb, dan efek lainnya. Izotope juga mempertegas bahwa seorang audio engineer mereduksi tabrakan (level, frekuensi, atau parameter lainnya) antar instrumen bahkan mempertegas elemen penting dalam sebuah proyek musik.
Max McAllister dari Produce Like A Pro menyebutkan bahwa proses mixing melibatkan penggabungan beberapa audio track/layer secara bersamaan agar menyatu dengan baik. Menurutnya terdapat 5 aspek teknis dan proses kreatif dasar dari proses mixing yaitu pengaturan level, pengaturan panning, dynamic processing, penggunaan EQ, serta penggunaan time-based effect (reverb dan delay).
Mastering
Izotope mendefinisikan mastering sebagai proses untuk meningkatkan dan mengkoreksi secara general sebuah proyek musik dengan sumber file audio yang telah dilakukan stereo-mixdown, yang bertujuan agar audio tersebut dapat didengar maksimal pada seluruh sistem dan format sebelum didistribusikan secara publik. Para pakar mastering juga yang mencari titik terbaik untuk mencapai keseimbangan rasa (sense of balance). Definisi keseimbangan rasa mungkin akan sedikit bias, namun saya mengartikannya sebagai sebuah kecerdasan musikal dari seorang audio engineer spesialis mastering untuk memoles file audio (berupa karya musik) agar mayoritas pendengarnya mampu menikmati karya musik tersebut.
Sebuah analogi dari Max McAllister memperjelas definisi mastering. Max menggambarkan bahwa mastering itu seperti Photoshop untuk audio. "Anda dapat membeli kamera yang bagus, mempelajari seni fotografi, mengambil foto yang indah, dan terkadang masih ada yang kurang tepat. Pencahayaan mungkin mati, bahkan terdapat noda pada lensa dapat merusak bidikan anda. Seorang pengguna Photoshop yang terampil dapat memperbaiki semuanya dan memastikan foto tersebut memiliki kualitas terbaik". Setelah membaca analogi ini saya juga menyimpulkan bahwa foto yang telah dibenahi oleh ahli Photoshop pastinya akan sangat layak dipublikasikan di media yang berbeda, seperti posting di sosial media, cetak di canvas atau kertas foto, bahkan dicetak pada media berukuran baliho sekalipun.
Jika kalian memiliki pandangan lain tentang mixing dan mastering silahkan beri komentar. Asumsi yang bersifat personal akan lebih baik jika didukung oleh beberapa referensi yang jelas, melihat ranah musik memiliki perspektif yang luas dan kompleks.
Picture source : pluggintorent.com