Jika pada artikel sebelumnya saya sering membahas hal yang cukup serius, kali ini saya akan membagikan opini saya sebagai seorang gitaris mengenai pandangan masyarakat yang salah terhadap gitaris. Hidup di lingkungan sosial membuat manusia tidak lepas dari penilaian masyarakat, hal ini juga dialami rekan-rekan gitaris. Namun beberapa pandangan masyarakat awam terhadap gitaris terkadang bagi saya cukup kontradiktif dengan kenyataan yang ada. Pada artikel kali ini saya akan menuliskan beberapa pandangan masyarakat yang salah kepada seorang gitaris. Tulisan ini sangat subyektif, sehingga jika ada kesamaan atau ketidaksamaan kondisi, maka pernyataan ini hanya kebetulan belaka.
Ketika orang awam sadar bahwa dirinya sedang berbicara dengan seorang gitaris, pertanyaan yang menurut saya cukup nyeleneh adalah, "mas gitaris ritem (rhytm) atau melodi?". Saya berani jamin jika orang yang bertanya demikian hanyalah orang awam yang ingin mencairkan obrolan dengan seorang gitaris dan seolah tahu tentang dunia musik. Banyak yang beranggapan, gitaris jago adalah gitaris yang mampu bermain melodi, dan gitaris yang cuna nge-rhytm (genjreng-genjreng) itu gitaris pemula. Pandangan ini murni salah, bahkan jika seseorang mendalami gitar, tidak ada sebutan khusus untuk gitar rhytm dan melodi. Seroang gitaris harus mampu berperan sebagai pengiring (dengan rhytm) dan solois (dengan melodi). Permainan rhytm oleh seorang gitaris pastinya tidak lepas dari ilmu harmoni pembentukan akor, dimana tingkat kerumitannya bisa setara atau bisa jauh lebih kompleks dibandingkan memainkan melodi.
"Buatin lagu dong, lu kan gitaris", kata seroang rekan yang sok tahunya luar biasa. Saya ingatkan bahwa membuat lagu jauh berbeda dengan membuat telur dadar. Bahkan banyak kendala yang dialami bagi beberapa gitaris yang belum bisa membuat lagu sendiri. Kendalanya berupa ketidakpercayaan diri, tidak berani mencoba, atau hal lainnya.
Pendapat ngawur dari para netizen yang budiman adalah gitaris itu sudah pasti jago nyanyi. Pada beberapa kesempatan saya selalu berkata bahwa jika saya pandai bernyanyi saya tidak akan belajar gitar sedalam ini, cukup genjreng-genjreng saja, terus nyanyi lagu menye. Jika konteksnya bisa bernyanyi in tune (walau agak pitchy) ya tidak masalah, tetapi kalau untuk masuk dalam kategori jago, seorang gitaris pun harus berlatih vokal seperti yang dilakukan vokalis pada umumnya.
Poin ini biasanya sambungan dari poin 3. Kalau sudah jago nyanyi pasti romantis. Ingat nona-nona, jangan hanya menilai romantisme gitaris dari petikan nada-nada indah, para gitaris pun sama seperti manusia lainnya yang terkadang cuek. Tapi, sekali lagi terimakasih jika spesies seperti kami (gitaris) dianggap pribadi yang penuh romantisme.
Kalau sudah nyinggung soal duit sepertinya saya harus sedikit berhati-hati dalam memilih kata. Pesan saya kepada semuanya saja, bahwa gitaris merupakan profesi yang sama saja dengan profesi lainnya. Bagi beberapa gitaris yang ramai job wedding, event, dan ngajar mungkin duitnya cukup lah untuk hidup, namun beberapa gitaris juga masih hidup dengan bayaran 2M (Makasih Mas). Supaya kalangan gitaris banyak duit seperti pandangan masyarakat, hargai mereka dengan membeli karya asli tanpa harus membajak dan jangan lupa berikan penghargaan yang layak baik dalam bentuk materi maupun apresiasi.
Pekerjaan yang enak adalah hobi yang dibayar, begitulah kata para motivator dengan segala keagungannya. Ingat, tidak ada pekerjaan di dunia ini yang tidak memutar pikiran, tenaga, bahkan harta. Sebagai seorangpenyaji musik, gitaris dituntut untuk profesional terutama dalam menyembunyikan problem kita selama diatas panggung. Latihan berulang kali, rekaman yang gagal, ditolak label rekaman, merupakan beberapa contoh penyebab stress yang dialami gitaris.
Gitaris sering gianggap sebagai perpustakaan musik berjalan. Tak jarang emak-emak di kondangan request lagu yang kepopuleran lagu tersebut telah luntur termakan usia. Memang banyak lagu yang harus dikuasai gitaris, namun jika kalian memiliki playlist lagu yang jarang terdengar di radio, televisi atau media lain, ada baiknya berikan kesempatan gitaris untuk mendengarkan dan mempelajarinya terlebih dahulu sebelum kalian ngajak bernyanyi bersama.
Bakat tanpa belajar adalah sia-sia. Banyak gitaris yang jago bukan berangkat dari bakat namun dari kemauan dan kerja keras. Menurut saya bakat tetap harus diasah dan dipupuk dengan baik. Tidak ada ceritanya seorang yang belum pernah sama sekali memegang alat musik, tiba-tiba mampu menguasainya hanya dalam waktu sekejap.
Netizen yang budiman, jika kalian meminjam instrumen gitar dari temanmu yang profesinya gitaris, pastikan instrumen temanmu kalian jaga dengan baik. Gitaris profesional pastinya akan menggunakan gitar yang baik dan tentunya tidak semurah gorengan. Misal masih belum percaya bahwa gitar dan spatepartnya cukup mahal, sekali-kali masuiklah ke toko musik, disana kalian dapat melihat harga senar justru lebih mahal dari harga paket data bulanan kalian.
Selama belum kiamat, masa depan selalu ada. Tidak ada manusia yang berhak menentukan masa depanmu gagal atau berhasil hanya dari profesimu sebagai gitaris. Setiap manusia diberikan kemampuan yang berbeda agar dunia dapat mencapai keseimbangan. Jika ada yang menilai masa depan seorang gitaris adalah suram, orang tersebut wajib main lebih jauh, dan keluar dari pandangan dangkalnya.
Jika masih ada beberapa pernyaraan lainnya, tambahkan di kolom komentar.