Flamenco Jazz : Sebuah Studi Analisis
Journal of Jazz Studies Vol.11, No. 2, 2016, Oleh Peter
Manuel direview oleh Peter Angga B D M (18101650131)
Fakultas Seni Pertunjukan, Jurusan Musik, Program Studi
Musik, Mayor Gitar, Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Tahun Ajaran 2019/2020
1.
Latar Belakang
Sejak tahun 1990, sebuah genre hybrid
atau fusion (gabungan lebih dari satu genre) flamenco jazz muncul
sebagai entitas asli dalam musik jazz, musik spanyol, dan musik dunia.
Menggabungkan dua genre menjadi satu yang saling berkaitan menjadi hal lumrah
pada kalangan musisi Spanyol yang dianggap serba bisa dalam mensintesis bentuk
musik baru serta menciptakan idiom baru. Beberapa pemain yang menjadi pelopor flamenco
jazz antara lain pianis Chano Domínguez dan flutist Jorge Pardo yang
telah mendapat pengakuan internasional dan menjadi tokoh terkenal di kancah
jazz Eropa.
Walaupun flamenco hadir dengan literatur
tertulis yang sangat sedikit karena kurangnya konservatori dan sekolah musik
akibat dari stagnasi budaya, xenophobia (ketidaksukaan atau ketakutan terhadap
orang-orang dari negara lain, atau yang dianggap asing), namun terdapat seorang
gitaris berbakat Paco de Lucía (1947-2014) yang menjadi ikon dalam flamenco.
Inovasi dan kecemerlangan De Lucía sangat beragam, dia memperluas dan
memperkaya teknik dan bentuk-bentuk gitar flamenco tradisional, kemudian dalam
kolaborasinya ia mempopulerkan idiom menggubah lagu-lagu asli yang merdu
(terutama tango dan rumbas, sering diterjemahkan dengan bass dan perkusi) yang
menjadi andalan "Nuevo flamenco" yang puncaknya ditandai
dengan melonjaknya flamenco jazz dari akhir 1980-an. Paco De Lucía semakin
dikenal dalam dunia musik saat melakukan kolaborasi dengan musisi non spanyol
seperti John McLaughlin dan Al Di Meola. Dalam trionya Paco De Lucía
menunjukkan ciri khas flamenco yang mampu membaur dengan genre jazz.
Jika dilihat lebih detail, flamenco dan jazz
memiliki gaya musik yang berbeda namun flamenco tetap dapat masuk membaur
dengan musik jazz tanpa mengubah gaya asli jazz itu sendiri. Kesamaan yang
dapat dilihat dari flamenco dan jazz adalah cikal bakal terbentuknya dua jenis
musik tersebut yang seolah “serampangan” dimana jazz dibawa oleh budak Afrika
di Amerika, dan flamenco adalah musik folk (musik rakyat gypsy.
Gaya
dan struktur flamenco telah dideskripsikan dalam begitu banyak bentuk, berikut
adalah gambaran flamenco agar lebih mudah dipahami. Flamenco, sebagai genre
yang bergabung pada abad kesembilan belas, terdiri dari cante (bernyanyi),
baile (tarian), dan toque (bermain, terutama gitar), dari semua
ini, toque merupakan hal yang paling relevan dengan flamenco jazz.
Flamenco tradisional merupakan musik vokal dengan gitar untuk mengiringi cante
(penyanyi). Namun, permainan gitar solo telah diakui idiom-idiomnya, dan
flamenco jazz adalah sebagian besar merupakan bentuk seni instrumental.
Yang
terdengar khas dan menarik bagi musisi flamenco jazz adalah mereka yang
menggunakan bentuk modifikasi dari harmoni modal phrygian, menggabungkan tangga
nada phrygian dengan akor tonika. Jadi, dalam kunci dari E Phrygian, progresi
akornya adalah:
E
|
F
|
G
|
Am
|
Bm
|
C
|
Dm
|
I
|
II
|
III
|
iv
|
v
|
VI
|
vii
|
Penggunaan
"Phrygian" seharusnya menunjukkan akor tonika minor (misal E minor),
tetapi dalam harmoni flamenco dan Andalusia, akor tonika adalah mayor, melodi
dalam sistem harmonik modal ini mungkin menggunakan derajat skalar ketiga yang
dinaikkan atau diturunkan, menyesuaikan pada konteks. Menaikkan derajat ketiga
dari sistem tonal mencerminkan darimana sistem tonal ini (yang merupakan bagian
dari harmoni modal) berasal. Umumnya dalam musik Arab, sesuai dengan majazah
atau Hijaz, kira-kira (dalam E): E F G♯ A B C D.
Seperti
yang kita ketahui progresi akor klasik dengan IV-V-I atau jazz yang umumnya
ii-V-I, pada flamenco jazz adalah iv-III-II-I (la sol fa mi, atau, dalam E:
Am-G-F-E) memang bisa dikatakan bahwa jazz maupun flamenco saling berbagi
penggunaan akor fundamental dalam perkembangan kadensial. Peran dominan yaitu,
akor yang menuntut resolusi pada tonik dimainkan oleh akor II (atau “♭ II”), dengan vii sebagai pengganti. Akord V7
(mis., B7, dalam E Phrygian) pada dasarnya akor ini tidak ada dalam susunan
tangga nada ini, meskipun begitu akor ini dapat digunakan sebagai passing chord
yang dapat memberi warna baru pada flamenco jazz.
Karakter
kadens menurun (descending) dari 4-3-2-1 dapat dikatakan memberikan
suatu gerakan kadens yang langsung, sebaliknya hal yang umum dalam praktek
musik dan harmoni pada jazz justru sering menggunakan gerakan interval 4.
Namun, irama Andalusia sendiri dapat dielaborasi melalui ("siklus 4
") progresi dengan interval 4 (tritone), mis., iv-vii (atau VII7) -III-VI-
♭ II-I, atau Am-D7-G7-C7-F-E,
lazimnya dalam fungsi kadensial, perkembangan ini dapat dilihat sebagai bagian
dari penggantian (turn around) iii-vi-ii-V-I dalam jazz pada umumnya. Akor
tonika dari modal sering ditingkatkan dengan akor non-triadik, terutama pada
tingkatan ke-7 dan 9b menyiratkan sebuah ketidakstabilan atau resolusi ke akor
iv. Dalam artikel ini, akor tonik Frigia ini dinotasikan sebagai “I (7 ♭ 9)” atau I7 ♭ 9. ”9 palo berbeda, seperti yang dimainkan pada gitar (sering dengan
capo), memanfaatkan berbagai sonorities yang diperoleh dengan string terbuka pada
instrumen itu. Dalam artikel ini, akor tonika dalam modus phrygian dinotasikan
dengan
, 9 palos berbeda
yang dimainkan di gitar (sering dengan menggunakan capo) dengan
memanfaatkan berbagai kemerduan (sonorities) yang diperoleh dengan open
string. Dengan demikian, soleares (soleá) biasanya dimainkan di E Phrygian (dalam
penjarian gitar disebut "por arriba" berarti "di
atas"), bulerías dalam A Phrygian ("Por medio," berarti
"di tengah"), tarantas di F♯ Phrygian, dan granaínas di B Phrygian (atau transposisi dari jari-jari ini jika capo
digunakan). Beberapa voicing dari
I7b9 dapat dilihat pada gambar dibawah :
Beberapa cante/palos
seperti tarantas, granaínas, dan fandango libre dimainkan dengan
ritme yang bebas. Lainnya, termasuk yang paling disukai dalam flamenco jazz terukur
sukatnya atau lebih tepatnya disebut compás. Namun, istilah compás
menunjukkan entitas yang lebih spesifik dari sebuah sukat, dimana pada metrik
tersebut tidak menggunakan aksen konvensional. Komposisi tango dalam duple
meter dan rumbas cukup mudah, tetapi pola 12 beat dari alegrías,
soleares, bulería, dan siguiriya lebih kompleks. Dalam perhitungan compás
polanya 3+3+2+2+2, tetapi dengan aksen khusus pada ketukan 3, 6, 8, dan 10
(bukan 1, 4, 7, 9, dan 11). Aksen ini biasanya diperkuat oleh ritme harmonik, khususnya
saat berpindah ke dominan (♭
II di soleares, V7 di alegrías) pada beat 3, dan kembali ke tonik pada beat 10.
Berikut adalah gambaran soleares :
Bulerías khususnya yang populer di flamenco jazz dalam beberapa hal mirip
yaitu versi dipercepat dari soleares, dengan perbedaan pada ketukan
pertama kehilangan aksennya. Namun, bulerías lebih baik didengar sebagai entitas
metrik yang tidak memiliki perasaan down beat yang kuat, berikut adalah
gambaran dari bulerías :
Dalam kedua pola
ini, ketukan ke 10 seringkali merupakan titik dari strum staccato kadens
yang disebut remate ("finishing off") atau "cierre"
(penutupan), yang juga muncul pada titik yang berbeda, di palos lain.
Seorang gitaris mungkin memainkan compás kurang lebih seperti yang ditunjukkan
pada gambar dibawah :
Dalam penyajian musik,
aksen dalam bulerías sangat bervariasi. Bagian diperpanjang dapat kompas
dapat dibagi menjadi dua, atau menjadi tiga bukan dalam pola hemiola, harmoni
mungkin berliku-liku, atau bahkan berhenti di tonika selama beberapa kali
putaran compás.
Namun, di berbagai poin, compás justru akan mendapatkan penekanan pada ketukan
3 dan 10, seperti yang ditunjukkan di atas. Ritme harmonik semacam inilah yang
menunjukkan khas dan membedakan bulerías asli dari flamenco jazz, meskipun diberi
label "bulería," pada dasarnya adalah kejar-kejaran dalam bentuk
bebas dalam sukat 6/8.
Bulerías dan soleraes tradisional berbagi struktur verse (bait
pertama dalam sebuah lagu) yang konvensional. Setelah sebuah introduksi falseta
dari gitar, sebuah bait (verse) dinyanyikan dengan iringan gitar
bergerak diantara tonika phrygian dan IIb dominan. Baris ini diulang kemudian,
baris teks kedua dinyanyikan, setelah itu gitar beralih ke VI pada beat
10, dan kemudian kembali ke IIb pada ketukan ke 3 dan tonika pada ketukan ke 10
(baris ini dapat diulang). Soleares atau bulerías tradisional
terdiri dari serangkaian verse (empat atau lima verse) diselingi
oleh falseta gitar. Pada era modern, dan terutama di nuevo flamenco,
bagian verse dari bulerías kemungkinan akan mengambil bentuk dari
pre-composed (introduksi) dengan melodi asli pada progresi tertentu. Palos
dan cante dalam flamenco atau
flamenco jazz biasanya dimainkan dalam tango atau rumba dan sukatnya 4/4. Dasar
dari dua bar compás tango terdapat
gerakan dari IIb ke I dan kadens cierre-nya pada pukulan ke 3 bar ke
dua. The Palmas atau tepuk tangan adalah elemen khas dari iringan ritmis
dan idealnya harus ada, seperti dalam bulerías. Bagian verse pada tango tradisional menyajikan bagian
yang dinyanyikan pada pola ini, bergerak ke iv kembali ke tonika.
Rumba dalam flamenco
entitasnya kurang spesifik terutama pada syncopation 3-3-2. Dalam nuevo
flamenco dan flamenco jazz, sebutan "tango" dan "rumba"
digunakan dengan leluasa untuk menunjukkan sebuah lagu dimainkan dengan
menggunakan ritme khas tersebut. Jika tango dan rumba adalah genre yang relatif
ringan siguiriyas adalah bagian yang penting dari kategori cante
jondo (lagu yang dalam). Siguiriyasmemiliki rasa modal yang agak
kuno, dengan iringan chordal pada dasarnya bergerak diantara tonik dan dominan ♭ II. Flamenco baik dalam vokal
maupun instrumental, juga membentuk suatu gaya dalam bermain gitar, dengan
beberapa kekhasan dalam penggunaan arpeggio, rasgueo (strumming),
picado (apoyando), thumb picked berulang yang disebut alzapúa,
dan tremolo.
Picture Source www.dotravel.com